Sabtu, 02 Maret 2013

laporan tingkat kematangan gambut LENGKAP. bram



I.                   PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman danmenyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang danpenyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi  berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalampenyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,industri perkebunan.
Pusat Penelitian Tanah (1990) mengemukakan bahwa tanah gambut atau Organosol adalah tanah yang mempunyai lapisan atau horison H, setebal 50 cm atau lebih atau dapat 60 cm atau lebih bila terdiri dari bahan Sphagnum atau lumut, atau jika berat isinya kurang dari 0,1 g cm-3. Ketebalan horison H dapat kurang dari 50 cm bila terletak diatas batuan padu. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi disebut tanah gambut (Wirjodihardjo, 1953) atau Organosol (Dudal dan Soepratohardjo, 1961) atau Histosol (PPT, 1981).
Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman yang berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan >30cm. Proses penimbunan bahan sisa tanaman ini merupakan proses geogenik yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama (Hardjowegeno, 1986). Gambut terbentuk dari lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Kondisi langka udara akibat genangan, ayunan pasang surut, atau keadaan yang selalu basah telah mencegah aktivitas mikro-organisme yang diperlukan dalam perombakan. Laju penimbunan gambut dipengaruhi oleh peduan antara keadaan topografi dan curah hujan dengan curahan perolehan air yang lebih besar dari pada kehilangan air serta didukung oleh sifat tanah dengan kandungan fraksi debu (silt) yang rendah. Ketebalan gambut pada setiap bentang lahan adalah sangat tergantung pada:
1)   proses penimbunan yaitu jenis tanaman yang tumbuh, kerapatan tanaman dan lama pertumbuhan tanaman sejak terjadinya cekungan tersebut,
2)   proses kecepatan perombakan gambut,
3)   proses kebakaran gambut,
4)   Perilaku manusia terhadap lahan gambut.
Gambut dengan ketebalan 3 m atau lebih termasuk kategori kawasan lindung sebagai kawasan yang tidak boleh diganggu. Kebijakan ini dituangkan melalui Keppres No. 32 tahun 1990 yang merupakan kebijakan umum dalam reklamasi dan pemanfaatan lahan gambut di Indonesia. Berdasarkan besarnya potensi sumberdaya, kendala biofisik dan peluang pengembangan, maka rawa khususnya gambut pedalaman perlu mendapatkan perhatian serius. Gambut dikategorikan sebagai lahan marjinal, karena kendala biofisiknya sukar diatasi. Prodiktifitas gambut sangat beragam, ketebalan gambut juga menentukan kesuburannya (Barchia, 2006).

1.2. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan dan menetapkan tingkat kematangan gambut dengan metode suntik.




II.                TINJAUAN PUSTAKA


Tanah merupakan alat produksi untuk menghasilkan produksi pertanian. Sebagai alat produksi tanah memiliki peranan-peranan yang mendorong berbagai kebutuhan diantaranya adalah sebagai alat produksi, maka peranannnya yaitu sebagai tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur-unsur makanan, sumber air bagi tanaman, dantempat peredaran udara. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antaratanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifatkimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yangterdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah(pH), kadarbahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain.
Menurut Soil Survey Staff (1990), bahwa tingkat kematangan atau tingkat pelapukan tanah gambut dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan atau serat tumbuhan asalnya. Tingkat kematangan terdiri dari tiga katagori yaitu fibrik, hemik dan saprik.
Tingkat kematangan tanah gambut dalam pengamatan di lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil segenggam tanah gambut dan memersnya dengan tangan. Kriteria mentah atau matang dari gambut dapat ditunjukkan dengan melihat hasil cairan dan sisa bahan perasan. Ketentuan dalam menentukan kematangan gambut untuk masing-masing katagori adalah sebagai berikut:
1)   Tingkat kematangan fibrik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah tiga per empat bagian atau lebih (>3/4).
2)   Tingkat kematangan hemik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah antara kurang dari tiga per empat sampai seperempat bagian atau lebih (<3/4>1/4).
3)   Tingkat kematangan saprik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah kurang dari seperempat bagian (<1/4).>3m) sekitar 5%, gambut dalam dan tengahan (tebal 1m – 3m) sekitar 11% -12%, dan gambut dangkal sekitar 15% (Noor, 2001). Kadar abu dan kadar bahan organik mempunyai hubungan dengan tingkat kematangan gambut. Gambut mentah (fibrik) mempunyai kadar abu 3,09% dengan kadar bahan organik 45,9%. Sedangkan gambut hemik mempunyai kadar abu 8,04% dengan kadar bahan organik 51,7% dan gambut matang (saprik) mempunyai kadar abu 12,04% dengan kadar bahan organik 78,3% (Setiawan, 1991).















III.             BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktikum acara III ( PENENTUAN TINGKAT KEMATANGAN GAMBUT METODE SUNTIK ) di lakukan dengan pengamatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 November  2012 pukul 09.00 wib – selesai. di Laboratorium Analitik, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2 Bahan dan alat 
            Bahan yang digunakan adalah tanah gambut segar (Kondisi Lapangan) dan air mengalir, sedangkan alat yang digunakan adalah suntikan dan ayakan tanah.          

3.3 Cara kerja
1. Mengisi tabung suntik yang telah dibelah dua memanjang dengan bahan  gambut secara merata.
2. Menekan dengan hati – hati toraknya sehingga bahan tampak jenuh air dan semua udara tersekap dalam pori – pori tertekan keluar. Jangan sampai ada air yang ikut tertekan keluar. Ukur volumnya.
3. Pindahkan bahan kedalam saringan 0.16 mm (100 mesh) dan cuci dengan air mengalir hingga air cucian tampak jernih. Hilangkan air turah dengan cara mengisapnya dari sisi bawah saringan dengan kertas isap.
4. Mengembalikan lagi bahan ini kedalam tabung suntik tadi secara merata, tekan hati – hati dengan toraknya sambil mengisap air turah yang keluar sampai tampak jenuh seperti ini adalah kadar serat utuh.
5. mengembalikan lagi bahan ini kedalam saringan tadi dan cuci dengan air mengalirkan sambil digosok – gosok diantar ibu jari dan jari telunjuk ( jangan keras – keras), hingga air cucian sampai jernih.
6. Kerjakan lebih lanjut seperti langkah ke – 4 ( penentuan kadar serat utuh ). Ukur volumnya (Ml) dan hitung persennya terhadap volum awal. Ini adalah kadar serat gosok.

























IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tingkat kematangan tanah gambut dengan metode suntik
No.
Ulangan
Kadar Serat Utuh
Tingkat Kematangan
1
U 1
22,5 %
Saprik
2
U 2
27,5 %
Saprik
3
U 3
35,29 %
Hemik
4
U 4
33,33 %
Hemik
5
U 5
30,76 %
Saprik
6
U 6
-
-
7
U 7
30,43 %
Saprik
8
U 8
24,24 %
Saprik

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas diketahui bahwa tanah gambut  pada U1, U2, U5, U7 dan U8 memiliki tingkat kematangan yaitu saprik sedangkan pada U3 dan U4 memiliki tingkat kematangan yaitu Hemik.
Tanah gambut yang memiliki tingkat kematangan saprik menunjukkan bahwa tanah gambut tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan dalam keadaan yang telah melapuk sempurna yang ditunjukkan dengan rata-rata kadar serat utuh yaitu sebesar 30%. Tanah gambut dengan tingkat kematangan saprik umumnya memiliki ketersediaan hara yang cukup tinggi dibandingkan tanah gambut dengan tingkat kematangan yang masih rendah seperti hemik dan fibrik. Hal ini dikarenakan bahan organik yang telah melapuk tersebut berubah menjadi humus. Humus merupakan bahan organik yang tidak dapat melapuk lagi. Hasil pelapukan bahan organik pada tanah gambut berupa unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Hanya saja tanah gambut memiliki pH yang sangat rendah sehingga ketersediaanharanya untuk tanaman menjadi tergangggu kecuali dinaikkan terlebih dahulu pH tanahnya.
Tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik memiliki kandungan bahan organik yang juga tinggi hanya saja bahan organik tersebut belum melapuk secara sempurna sehingga belumdapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman budidaya apabila kadar kemasaman tanah tidak diperhitungkan. Tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik dapat dijadikan lahan budidaya tanaman tetapi terlebih daulu dinaikkan pH tanahnya. Hal ini dikarenakan tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik meiliki kadar pH tanah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tanah gambut dengan tingkat kematangan yaitu saprik. Hal ini merupakan akibat dari respirasi dan pertukaran kation dari bahan-bahan organik yang belum melapuk tersebut didalam tanah berupa ion H+ yang merupakan salah satu penyebab kemasaman pada tanah gambut.
















V.                KESIMPULAN


Tanah gambut dengan tingkat kematangan fibrik memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan telah melapuk sempurna sedangkan pada tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik memiliki kandungan bahan organik yang juga tinggi akan tetapi dalam keadaan yang belum melapuk sempurna. Sehingga jika dibandingkan antar keduanya yang lebih cocok digunakan untuk lahan budidaya tanaman adalah lahan gambut dengan tingkat kematangan yaitu saprik.




















DAFTAR PUSTAKA


Hakim, Nurjati, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung
Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha,
Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar
Rosmarkam dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. 2002. Kanisius, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar